Kamis, 07 Februari 2013

Melihat Allah Dalam Penderitaan Bag.2


Cang Haji Muhidin benar.
Ada banyak manusia yang tidak mampu menghargai keberadaan Allah sebagai Tuhan yang Maha Esa di kala senang.
Di saat menderita, di saat susah, baru mereka mau mengakui keberadaan-Nya, dan mau mendekati-Nya kembali.
“Dialah Allah yang menjalankan kamu di darat dan di laut, sehingga apabila kamu berada di dalam perahu, dan perahu itu berlayar membawa mereka dengan angin yang baik, dan mereka pun senang karenanya. Tiba-tiba datanglah angin topan dan datang pula kepada mereka ombak dari segala penjuru serta mereka menyangka bahwa mereka akan diliputi oleh bahaya. Maka mereka berdo’a kepada Allah dengan penuh ikhlas karena percaya kepada-Nya semata. Kata mereka, sungguh jika Engkau selamatkan kami dari bahaya ini niscaya kami menjadi orang-orang yang bersyukur.” (Yûnus: 22).

Lihatlah pengakuan seorang artis yang pernah ditayangkan di acara televisi Kabar Kabari.
Artis ini dipenjara dua tahun sebab kasus narkoba. Penuh kesadaran, kurang lebih dia berkata,
, ketika saya bebas di luar sana, tidak terkurung di balik teralis besi ini, saya tidak bisa shalat, saya tidak pernah bisa puasa, dan saya tidak bisa ingat bahwa selain manusia kaya,  manusia mampu, ada banyak manusia yang miskin yang butuh pertolongan.
saya bersyukur. Rasanya, dengan sebab saya dikurung ini, saya akhirnya bisa shalat, puasa bisa full.
Malahan, hati ini, pikiran ini bisa lebih tenang. Padahal saya sekarang lagi dipenjara!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar